Menurut
Sastrowardoyo (dalam Dian, 2009: 2) “Mantra merupakan bentuk sastra lisan yang
berkembang sangat subur di Riau”. JS Badudu (dalam Dian, 2009: 9) “Mantra
adalah kata-kata yang mengandung kalimat dan kekuatan gaib atau magis dan hanya
diucapkan oleh orang-orang tertentu saja seperti dukun atau pawang”. Hasan (dalam
Saprianto, 2011:7) menyatakan “Mantra adalah hasil kesusastraan lama berupa puisi yang tidak tentu jumlah barisnya
dan digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti untuk menyembuhkan
penyakit atau membut orang sakit, untuk menaklukkan binatang buas dan lain-lain”.
Zakaria
(dalam Saprianto, 2011: 8) menjelaskan sebagi berikut:
Mantra
adalah ucapan-ucapan dukun atau pawang yang mengandung magis bahasa. Mantra
berisi tantangan dan terhadap suatu kekuatan gaib, tetapi dapat juga berisi
bujukan kepada kekuatan gaib agar tidak merusak manusia atau alam. Mantra
merupakan kalimat-kalimat yang biasanya bersajak ada rima atau persamaan
pertentangan bunyi.
Pendapat yang serupa dikatakan
secara ringkas oleh Laelasari dan Nurlaila (dalam Susi, 2012:10) yaitu “Mantra adalah perkataan atau ucapan
yang dapat mendatangkan daya gaib (misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan
celaka, dan sebagainya)”. Menurut Ade (2012:3) “Mantra merupakan bacaan atau
doa-doa yang dapat memberikan semacam tenaga atau kekuatan yang laur biasa dan
diluar jangkauan manusia”. Para ahli dalam bidang sastra memberikan pendapat
tentang pengertian mantra. Menurut pendapat Zakaria ( dalam Susi, 2012 : 10 ) mengatakan :
Mantra
adalah ucapan – ucapan dukun atau pawang
yang mengandung magis bahasa. Mantra berisi tantangan dan terhadap suatu
kekuatan gaib, tetapi dapat juga berisi
bujukan kepada kekuatan gaib agar tidak
merusak manusia atau alam. Mantra merupakan kalimat – kalimat yang biasanya
bersajak ada rima atau persamaan pertentangan bunyi.
Menurut Rizal,(2010:1) mengatakan
“Mantra merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra,
melainkan lebih banyak berkatan dengan adat dan kepercayaan”. Mantra merupakan
sastra lisan adalah sastra yang perkembangannya secara lisan atau dari mulut
kemulut, Menurut Badudu (dalam jalil dan Elimustian, 2001:6) mengangap bahwa
“Mantra sebagai permulaan bentuk puisi tradisional. Sebagai salah satu puisi
tradisional mantra dianggap memiliki karakteristik yang khas apabila
dibandingkan dengan jenis puisi tradisional lainnya”.
Depdiknas ( 2008 : 876 ) menjelaskan
“ Mantra adalah perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib, misalnya
dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya : upacara itu dimulai
dengan pembacaan. Gazalba (dalam Elda, 2011:4) bahwa “Mantra adalah salah satu
bentuk sastra lisan yang ada dan berkembang di indonesia. Mantra, menurut para
pakar dan pengamat kebudayaan, dianggap sebagai sastra paling awal dikenal oleh
manusia. Diindonesia, mantra sastra lisan sudah ada dikenal ( berkembang )
semenjak manusia purba.
Rizal, Yoce. 2010. Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Grafika Mulia
Arneng Zet. 2010. Bentuk dan Gaya Bahasa Mantra Pengobatan di
Desa Muara Petai Kecamatan Kuantanmudi Kabupaten Kuantan Singingi. Skripsi.
UIR
Jalil, Abdul dan Elmustian
Rahman. 2001. Puisi Mantra. Pekanbaru:Unri
Press
Susi Delvayanti. 2012. Analisis Mantra Pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Melayu di Desa
Terbangiang Kecamatan Bandar Petalangan. Skripsi. UIR
Dian Mariati Satrya. 2009. Gaya Bahasa dan Citraan pada Mantra Pengobatan Suku Akit di Desa Hutan
Panjang Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis. Skripsi. UIR
Ade Putri Wulandari. 2012. Analisis Mantra Lisan Desa Tanjung Balam Kampar. Makalah. UIR
Departemen
Pendidikan Nasinal. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama
Hamidy, UU. 1999. Dukun Melayu Rantau Kuantan Riau. Pekanbaru:Universitas Lancang
Kuning Press
good
BalasHapus